" Tambang Liar Di Madinaku ""

Maraknya tambang liar di madina membuat warga berpacu untuk mendapatkan sebongkah emas yang di janji - janjikan untuk keluarga di rumah, tapi pernahkah mereka berpikir bahwa resiko itu sangatlah mengkhawatirkan, dengan tindakan tambang liar itu merupakan salah satu perusakan alam , bahkan dapat mendatngkan musibah terhadap lingkungan bahkan terhadap si penambang sendiri. Keindahan yang terpancar dari emas sebetulnya berbanding terbalik dengan risiko bagi para penambang khususnya penambang liar yang menggunakan peralatan seadanya.

Ditinjau dari aspek tata lingkungan yang sudah rusak parah. Tata ruangnya yang sudah acak – acak , di mana – mana ada lubang lubang bekas galian – galian si penambang yang di tinggalkan begitu saja. Dari jauh nampak lingkungan yang mulai gersang dan dari atas bukit nampak dari kejauhan berderet tenda-tenda terpal berwarna-warni khas camp penambang liar.

Di lokasi pengolahan cara amalgamasi (proses penyelaputan partikel emas oleh air raksa), mereka membuang lumpur sisa penggerusan yang berwarna merah kekuningan. Walaupun ada yang mengendapkannya terlebih dahulu untuk dijernihkan airnya dalam bak penampung, namun banyak juga yang membuang tanpa dijernihkan terlebih dahulu. Hal ini tentunya akan mengotori sungai yang akan digunakan oleh masyarakat di bagian hilir sungai dan di sekitarnya. Padahal lumpur yang dibuang tersebut mungkin masih mengandung emas sebagai akibat dari tidak optimalnya proses penggilingan menggunakan gelundung sederhana.

Belum lagi Air raksa yang dipakai kemungkinan yang terbuang ke lumpur sisa limbangan atau dulangan. Air raksa memang cenderung mengendap karena berat. Jika berbentuk ion Hg akan bereaksi dengan sulfur dari sulfida dan bisa mengendap sebagai HgS yang bersifat stabil, tetapi lama kelamaan air raksa tersebut mungkin akan bereaksi dengan organik dalam tanah membentuk methyl merkuri. Methyl merkuri merupakan senyawa kimia organik yang sangat beracun yang mungkin ada pada ikan, padi, dan air sumur yang berdekatan dengan limbah tersebut.

Stuktur lahan yang sudah sangat mengkhatirkan tidak merubah niat si penambang untuk mengurung niatnya untuk melakukan tambang liar tersebut. Tidak pernahkah mereka berpikir sudah seberapa besar kerusakan yang mereka perbuat, dan Mungkin Tidak Lama Lagi masyarakata yang ada di bawah perbukitan tambang tersebut akan terkena dampaknya juga. Dengan munculnya penyakit – penyakit yang di akibatkan dari tambang tersebut.dan kemungkinan dapat mengakibatkan kelongsoran.